Beranda Aris Karisma: Komedi sebagai Medium Perlawanan

Aris Karisma: Komedi sebagai Medium Perlawanan

Oleh, admin
3 bulan yang lalu - waktu baca 3 menit
Aris Karisma

 

Ruang Rakyat Garut - Dalam dunia komedi yang kian berkembang, peran komika tidak lagi sebatas menghibur.

Banyak komika yang mulai menyentuh isu-isu sosial dan politik melalui materi mereka, menjadikan panggung komedi sebagai salah satu ruang kritik yang penting.

Aris Karisma, komika sekaligus aktivis dan pendiri Stand Up Indo Garut, berbagi pandangannya tentang komedi sebagai bentuk kritik sosial dan perlawanan di era modern.

Bagaimana menurut Anda peran komika dalam menyampaikan kritik sosial?

Aris: Saya percaya komika memiliki peran besar dalam menyampaikan kritik sosial, apalagi di masa sekarang ketika kebebasan berbicara sering kali dihadapkan pada batasan-batasan tertentu. Melalui komedi, kita bisa menyentuh isu-isu sensitif seperti politik, ketidakadilan, atau kebijakan pemerintah dengan cara yang lebih mudah diterima oleh publik. Lelucon itu semacam pintu masuk. Ketika orang tertawa, mereka lebih terbuka untuk merenungkan isi pesan yang disampaikan.

Anda juga seorang aktivis. Bagaimana Anda memadukan aktivisme dengan komedi?

Aris: Aktivisme dan komedi punya kesamaan tujuan, yaitu perubahan sosial. Saya selalu percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil, termasuk tawa.

Aktivisme biasanya menggunakan orasi atau protes, tapi komedi punya pendekatan yang lebih santai namun tetap bisa mengkritik sistem.

Bagi saya, komedi adalah cara lain untuk menggerakkan orang berpikir kritis. Saat lelucon menyentil, orang jadi sadar, “Oh, ini yang sebenarnya terjadi.”

Apakah komedi selalu harus mengandung kritik sosial, atau ada elemen lain yang lebih penting?

Aris: Nah, ini hal yang penting. Komedi tidak melulu harus mengandung kritik sosial. Bukan berarti setiap komika harus jadi aktivis di panggung.

Yang paling penting dalam komedi adalah tetap harus lucu. Tanpa unsur lucu, pesan apa pun yang ingin kita sampaikan, tidak akan sampai ke penonton.

Komedi itu pertama dan utama adalah hiburan. Kalau kita terlalu fokus pada pesan sosial tapi lupa bikin penonton tertawa, maka komedi itu tidak efektif.

Jadi, keseimbangan antara menyampaikan kritik sosial dan menjaga kelucuan adalah kunci.

Bagaimana Anda menjaga keseimbangan antara menyampaikan pesan sosial dan tetap membuat penonton tertawa?

Aris: Ini tantangan besar bagi setiap komika. Saya selalu mencoba menemukan titik tengah—bagaimana pesan bisa tersampaikan tanpa mengorbankan elemen kelucuan. Lelucon yang bagus biasanya adalah yang menggabungkan keduanya.

Kita bisa mengangkat isu serius, tapi harus dikemas dengan cerdas sehingga penonton tetap bisa tertawa, bukan merasa seperti sedang diceramahi.

Bagi saya, tawa adalah cara terbaik untuk menyampaikan kebenaran tanpa membuat orang merasa tersinggung.

Anda sering berbicara soal “lelucon sebagai perlawanan”. Apa yang Anda maksud dengan itu?

Aris: Komedi sering saya lihat sebagai bentuk kritik sosial. Kala berbagai saluran aspirasi tersumbat, komedi bisa menjadi penghantar yang berfungsi ganda; ke atas, ia mengguncang kemapanan, dan ke bawah, ia menjadi pelepas penat dan rasa frustrasi masyarakat.

Inilah medium baru perlawanan.

Dalam situasi di mana banyak orang sulit bersuara, komedi bisa menjadi cara untuk mengekspresikan kritik secara aman.

Lelucon yang tampaknya ringan bisa membawa pesan yang dalam, dan saat orang tertawa, mereka juga merenungkan kebenaran di balik tawa itu. (*)

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.