Nikotin jeung Ulin: Man Jasad dan Rizky Benang Siap Ngobrol Santai di Garut
Ruangrakyatgarut.com – Sore nanti, Kamis (21/8/2025), Garut akan menjadi tuan rumah sebuah acara budaya sekaligus diskusi publik yang unik dan menarik. Bertempat di Rumah Kopi Cawene, acara bertajuk “Nikotin jeung Ulin: Seni Menikmati Hidup Tanpa Terburu-buru” akan menghadirkan dua sosok penting, yaitu Man Jasad, budayawan sekaligus musisi yang dikenal lekat dengan ekspresi budaya Sunda, serta Rizky Benang, Juru Bicara Komunitas Kretek.
Acara ini dijadwalkan mulai pukul 15.30 WIB hingga selesai, dan merupakan bagian dari rangkaian tour bedah buku "Perang Nikotin: Merenggut Denyut Ekonomi Kerakyatan". Buku tersebut mengupas tuntas persoalan nikotin, industri tembakau, serta dampaknya bagi kehidupan masyarakat, khususnya dalam konteks budaya dan ekonomi kerakyatan.
Mengajak Hidup Lebih Santai
Tema “Nikotin jeung Ulin” sendiri menekankan pada filosofi hidup sederhana: bagaimana manusia bisa menikmati hidup tanpa harus terburu-buru, selaras dengan alam, budaya, dan kebersamaan. Istilah ulin dalam bahasa Sunda berarti bermain atau bersantai, sebuah simbol bahwa hidup tidak melulu soal mengejar sesuatu dengan tergesa-gesa.
“Ngudud atawa nikotin teu kudu salawasna dipandang minangka hal négatif. Ieu téh ogé bagian tina budaya urang, bagian tina seni ngarasakeun hirup kalayan henteu kaburu-buru,” ungkap Man Jasad dalam keterangan yang diterima panitia.
Perspektif Budaya dan Ekonomi
Selain soal filosofi hidup, acara ini juga akan menyoroti peran kretek sebagai warisan budaya Nusantara. Rizky Benang dari Komunitas Kretek menilai, kretek bukan hanya soal rokok atau nikotin, melainkan juga bagian dari identitas bangsa dan denyut ekonomi rakyat kecil.
Menurutnya, jutaan petani tembakau, buruh linting, hingga pedagang kecil menggantungkan hidup dari industri kretek. Namun, keberadaan mereka sering terhimpit oleh regulasi global maupun dominasi industri besar.
“Perang nikotin bukan sekadar narasi kesehatan. Ada jutaan nasib rakyat kecil yang bergantung pada tembakau dan kretek. Diskusi ini diharapkan bisa membuka mata publik tentang pentingnya kedaulatan budaya sekaligus keadilan ekonomi,” jelas Rizky Benang.
Suasana Nongkrong, Diskusi Mengalir
Rumah Kopi Cawene dipilih menjadi lokasi acara karena menawarkan suasana nongkrong yang santai, sehingga cocok untuk diskusi reflektif dengan audiens. Formatnya bukan seminar formal, melainkan obrolan cair yang memungkinkan peserta ikut terlibat langsung dalam perbincangan.
Selain mendengar pemaparan narasumber, peserta juga bisa berbagi pandangan, bertanya, atau sekadar menyimak sambil menyeruput kopi. Dengan cara ini, diskusi diharapkan lebih membumi dan dekat dengan keseharian masyarakat.
Terbuka untuk Umum
Acara ini terbuka untuk masyarakat luas, terutama para penikmat kopi, pemerhati budaya, komunitas lokal, serta siapa pun yang tertarik memahami kretek dari perspektif berbeda. Panitia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan kampanye untuk merokok, melainkan sebuah upaya membuka ruang diskusi yang lebih adil, reflektif, dan berpijak pada realitas sosial budaya masyarakat Indonesia.
Dengan hadirnya Man Jasad dan Rizky Benang, Garut menjadi salah satu titik penting dalam rangkaian tour ini. Ke depan, diskusi serupa akan digelar di sejumlah kota lain dengan semangat yang sama: menikmati hidup tanpa terburu-buru, sembari menjaga budaya dan ekonomi kerakyatan tetap hidup. (*)
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.